Resensi Kitab
Nama Kitab : Tiryaqul Aghyar fi Tarjamati Burdatil Mukhtar
Penulis : KH Bisri Mustofa
Penerbit : Menara Kudus
Tahun Terbit : 1975
Peresensi : Mualim Ihsan*
Kecintaan umat Islam kepada Rasulullah Muhammad SAW melahirkan beragam pujian-pujian indah yang tertuang dalam beragam syair dan kasidah.
Salah satunya adalah Qasidah Burdah. Qasidah Burdah ini disusun oleh Imam Al-Bushiri (610-695 H), seorang ulama yang alim, sufi, dan sangat mencintai Rasulullah saw.
Qasidah ini sangat masyhur di Indonesia—khususnya di kalangan warga NU. Sering dibaca saat memperingati maulid Nabi Muhammad saw di mushalla, masjid, atau di pondok pesantren.
Qasidah Burdah merupakan manifestasi ungkapkan perasaan cinta yang mendalam kepada Nabi Muhammad SAW.
Qasidah yang terdiri dari 160 bait ini mengandung nilai sastra yang tinggi, lembut, dan menyentuh hati.
Secara garis besar syair Qasidah Burdah berisi sejarah ringkas kehidupan Nabi Muhammad SAW dan pujian-pujian terhadapnya, cinta kasih, bahaya dan pengendalian hawa nafsu, mukjizat Al-Qur’an, Isra’ Mi’raj, semangat perjuangan (Jihad), dan tawasul permohonan syafaat.
Nah, Kitab Tiryaqul Aghyar fi Tarjamati Burdatil Mukhtar ini merupakan salah satu terjemah Qasidah Burdah Imam Al-Bushiri.
Kitab ini ditulis oleh KH Bisri Mustafa Rembang, seorang ulama dan tokoh NU yang dikenal produktif menulis. Kitab ini ditulis menggunakan bahasa Jawa Arab-Pegon.
Oleh Kiai Bisri penulisan kitab ini ditujukan kepada masyarakat umum, lebih-lebih bagi orang yang tidak terbiasa menggunakan bahasa Indonesia.
Latar belakang ditulisnya karya ini, karena banyak teman-teman Kiai Bisri yang menganjurkan untuk menulis terjemah Qasidah Burdah dengan bahasa Jawa dan Arab-pegon.
Diharapkan penerjemahan dalam bahasa Jawa dan Arab-Pegon ini bisa membantu masyarakat umum untuk memahami isi Qasidah Burdah.
Dalam kata pengantar kitab Kiai Bisri menulis, “…isi Burdah menika prayogi ugi dipun mangertos dening tiyang sepuh utawi kanca-kanca wonten ing dusun ingkang kirang kulina basa Indonesia …”
Susunan kitab ini dimulai dengan syair-syair Qasidah Burdah pada bagian atas setiap halaman. Jadi teks Qasidah Burdah diletakkan pada bagian atas halaman.
Setelah itu, di bawah syair-syair Qasidah Burdah Kiai Bisri menuliskan arti atau makna per-koskata. Kemudian, di bawahnya Kiai Bisri menjelaskan isi kandungan syair-syair tersebut.
Dengan demikian, Kiai Bisri tidak sekadar menerjemah dalam per-kosakata (mufrodat) saja, melainkan juga memberikan penjelasan (syarah) akan isi kandungan syair-syair Qasidah Burdah.
Untuk lebih memahami isi kandungan Qasidah Burdah, Kiai Bisri juga menyertakan beberapa kisah pada sebagian penjelasan.
Lebih dari itu, Kiai Bisri juga menjelaskan kesitimewaan atau faedah beberapa syair Qasidah Burdah serta cara mengamalkannya.
Qasidah Burdah ini bisa dijadikan bacaan sebagai ungkapan kecintaan kepada Rasulullah SAW. Bisa juga dibaca sebagai tawasul untuk menghilangkan berbagai kegundahan hidup yang kita hadapi.
Pada bagian akhir kitab Kiai Bisri menulis, “… kula anjurakan Qasidah supados miridaken Burdah menika, khususipun ing wekdal kathah rubedo, paceklik, penyakit, lan sak panunggalipun.”
Pada halaman terakhir kitab ini terdapat keterangan tanggal dan tahun yang memperlihatkan waktu karya ini selesai ditulis. Tertulis: Rembang, 21 Jumadil Akhir 1395 H, bertepatan dengan 1 Juli 1975M.
Kitab ini bermanfaat bagi siapa saja yang ingin mencintai Nabi SAW lebih dalam. Bermanfaat juga bagi siapa saja yang ingin mendalami isi kandungan Qasidah Burdah.
Sehingga ketika membaca Qasidah Burdah hati bisa hadir. Bisa mengekpresikan kerinduan kepada Nabi SAW sepenuh jiwa-raga karena telah memahami makna atau isi kandungan setiap syairnya.
Lebih dari itu, bagi santri yang ingin menambah kosakata bahasa Arab juga bisa mengambil manfaat dari membaca kitab karya Kiai Bisri ini.
* Guru Mts NU Miftahul Falah Cendono
Komentar0