Judul Kitab:
Lathaifuth Thaharah wa Asrarus Shalati fi Kaifiyati Shalatil ‘Abidin wal ‘Arifin
Penulis:
KH Muhammad Sholeh Darat Semarang
Penerbit:
Karya Thoha Putra Semarang
Peresensi:
Mualim
Shalat menempati tempat istimewa di hati umat Islam. lima kali sehari semalam umat Islam menjalankan shalat. Shalat ini dikenal dengan istilah shalat fardhu. Yakni, shalat fardhu Subuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya’. Istimewanya lagi, perintah shalat ini langsung diterima Nabi Muhammad SAW ketika beliau mi’raj ke haribaan Allah.
Selain shalat fardhu ada shalat sunnah. Shalat sunnah tak terhitung jumlahnya. Ada shalat sunnah qobliyyah dan bakdiyyah, shalat sunnah Tahajjud, shalat sunnah Hajat, shalat sunnah Tarawih, shalat sunnah Witir, shalat sunnah Tahiyatul Masjid, shalat sunnah ‘Idul Fitri, dan lainnya.
Selanjutnya, shalat yang ideal tentu shalat yang dilaksanakan secara lahir dan batin sekaligus, secara jasmaniyyah dan ruhaniyyah sekaligus. Dimana ketika jasmani kita shalat rohani kitapun juga ikut shalat. Sebab shalat merupakan ibadah yang mencakup tiga tiga aspek sekaligus: qolbiyyah (batin atau rohani), fi’liyyah (tindakan kita seperti berdiri, rukuk, dan sujud), dan qouliyyah (ucapan kita, seperti membaca Al Fatihah, membaca Tasyahud).
Karena itu, agar kita bisa shalat dengan benar kita bisa belajar fikih shalat atau fasolatan. Ngaji kitab fasolatan ini akan membantu kita memahami seluk beluk dan petunjuk teknis bagaimana kita seharusnya mengerjakan shalat. Bagaimana cara kita berdiri, cara membaca Al Fatihah, cara rukuk, sujud, dan lainnya. Boleh dikata, ngaji fasolatan ini mengajari atau membimbing kita shalat secara lahir.
Dengan demikian, agar kita bisa shalat secara lahir-batin, shalat secara jasmaniah-rohaniah, di samping kita belajar fasolatan tentu kita juga butuh belajar atau mengaji bimbingan shalat yang bersifat rohaniah. Sebuah bimbingan yang menuntun kita bagaimana rohani kita shalat, bagaimana rohani kita sujud, bagaimana rohani kita rukuk, bertasyahud, dan seterusnya.
Nah, kitab berjudul “Lathaifuth Thaharah wa Asrarus Shalati fi Kaifiyati Shalatil ‘Abidin wal ‘Arifin” ini merupakan salah satu kitab bimbingan atau tuntunan shalat secara rohani. Kita ini berbahasa Jawa yang ditulis dengan huruf Arab atau Arab Pegon. Kitab ini merupakan karya dari Kiai Haji Muhammad Sholeh bin Umar As Samarani atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kiai Sholeh Darat Semarang.
Kiai Sholeh Darat merupakan seorang ulama yang alim allamah, seorang sufi, pendiri pesantren Darat Semarang, dan juga guru para ulama nusantara. Kiai Sholeh Darat banyak menulis kitab, meliputi ilmu tauhid, ilmu fikih, tafsir, tasawuf, dan lainnya yang ditulis dengan huruf arab namun berbahasa jawa, atau disebut arab pegon.
Dalam kitab ini Kiai Sholeh Darat mengupas secara mendalam bagaimana seharusnya rohani kita shalat. Dimulai dari pembahasan manusia ketika berada di alam roh, pembahasan thaharah yang meliputi berwudhu secara rohani dan junub rohaniah. Kemudian pembahasan tata shalat secara rohani, hingga filosofi ibadah shalat. Selain itu, kitab ini juga dilengkapi dengan pembahasan tentang hakikat puasa, keutamaan bulan Muharram, bulan Rajab, dan bulan Sya’ban.
Bisa dikatakan kitab ini termasuk kitab tasawuf; kitab yang membahas aspek batin atau rohani manusia, dalam hal ini membahas shalat secara rohaniah dan hal-hal yang berhubungan dengan shalat.
Pada awal pembahasan Kiai Sholeh Darat mengingatkan pembaca bahwa pada awalnya manusia adalah rohani, yakni ketika manusia berada di alam rohani (yaumul arwah). Di alam rohani ini manusia menyatakan persaksiannya atau perjanjiannya menyangkut keimanan mereka kepada Allah SWT.
Inti perjanjian tersebut adalah manusia mengakui Allah sebagai Tuhan. “….Bukankah Aku ini Tuhanmu?” “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi…..,” Q.S Al A’raf ayat 172.
Maka ketika manusia lahir di dunia ia menyandang predikat makhluk rohani sekaligus jasmani, jasmani sekaligus rohani, makhluk yang memilki dimensi lahir-batin. Ini menjadi pijakan ketika beribadahpun, idealnya, ya beribadah secara jasmani-rohani, lahir-batin.
Selanjutnya Kiai Sholeh Darat membahas tentang thaharah. Tentu titik beratnya yang dibahas adalah thaharah secara rohaniah (suci secara batin). Misalnya pembahasan tentang wudhu. Sekilas Kiai Sholeh menjelaskan tata cara wudhu menurut fikih, baru kemudian menjelaskan hakikat wudhu (secara rohani).
Hakikat wudhu itu seperti apa? Membasuh wajah berarti membasuh wajah (batin kita) dari kotoran-kotoran duniawi. Dimana wajah kita sering dan selalu sibuk melihat, mamandang, dan terpseona dengan aghyar (kemewahan atau gemerlapnya dunia). Karena itu, hendaknya wajah kita dibasuh dengan air taubat dan istighfar.
Kemudian, membasuh kedua tangan berarti membasuh tangan dari ketergantungan kepada sesama makhluk. Mengusap kepala berarti tawadhu’, merendahkan diri di hadapan Allah SWT. sedangkan membasuh kaki adalah membersihkan kaki dari langkah dosa diri kita. Kaki dibasuh dengan air ketaatan dan langkah-langkah perilaku terpuji.
Inti dari wudhu menurut Kiai Sholeh Darat adalah tauhid kepada Allah; menyucikan nafsu dengan air tarkul maksiyat, meninggalkan maksiat, membersihkan hati dari merasa (rumangsa) taat beribadah, membersihkan hati dari keterpesonaan akan gemerlapnya dunia, dan menyucikan rohani jangan sampai mencintai selain Allah.
Dengan berwudhu seperti itu, kita tidak hanya menyucikan anggota badan kita, tapi juga menyucikan anggota rohani atau anggota batin kita. Sehingga secara lahir-batin manusia suci dari dosa-dosa karena maksiat.
Setelah manusia suci secara lahir-batin, suci pakaiannya, dan di tempat yang suci, kemudian ia bersiap-siap menegakkan shalat. Kemudian ia menghadap kiblat dan mengucapkan takbiratul ihram. Secara rohani menghadap kiblat berarti hati kita menghadap kepada Allah, membuang angan-angan dunia. Ketika lisan kita membaca takbir, hati kita juga bertakbir. Yakni hati kita meyakini bahwa hanya Allah saja yang Maha Besar, Maha Agung kekuasaan-Nya. Jangan pernah berpikir ada makhluk yang menyamai kebesaran dan keagungan-Nya.
Demikian sekadar contoh bagaimana Kiai Sholeh Darat menjelaskan aspek-aspek rohaniah dalam shalat. Penjelasan secara detail bagaimana cara rohani atau batin kita rukuk, sujud, bertasyahud, dan seterusnya, bisa dibaca dalam kitab “Lathaifuth Thaharah wa Asrarus Shalati fi Kaifiyati Shalatil ‘Abidin wal ‘Arifin” ini. Selamat membaca!
Komentar0