Puasa
itu ibadah istimewa. Durasinya cukup lama dibanding dengan ibadah shalat,
misalnya. Jika ibadah shalat pelaksanaannya kurang lebih lima sampai sepuluh
menit, maka puasa bisa sampai tiga belas-empat belas jam. Puasa
berlangsung “Minal
fajri ila ghurubisy syamsi, mulai dari fajar (subuh) sampai terbenamnya
matahari.” Ketentuan durasi puasa ini tidak bisa
ditawar meski hanya setengah menit, misalnya. Subuh tiba ya harus berhenti
makan-minum, siap mulai berpuasa. Sebelum maghrib tiba, meski kurang semenit,
setengah menit atau sekian detik, ya tidak boleh berbuka. Melanggar ketentuan ini puasa menjadi tidak
sah alias batal.
Dengan
demikian puasa tidak bisa dipercepat atau diperlambat. Batasannya jelas.
Berbeda dengan shalat misalnya. Shalat durasinya bisa diatur sesuai kondisi.
Ada orang yang senang shalat dengan membaca surat-surat pendek sehingga
shalatnya cepat selesai. Adapula orang yang senang membaca surat-surat yang
panjang ketika shalat sehingga durasi shalatnya cukup lama. Ada juga orang yang
shalat dengan super cepat. Bacaannya cepat dan yang dibaca super pendek.
Berbeda dengan puasa, dimana puasa tidak
bisa dikondisikan seperti shalat. Puasa, ya harus dari subuh sampai maghrib.
Titik!
Meskipun
demikian, puasa memberikan latihan yang istimewa bagi yang menjalankannya.
Yakni latihan agar selalu menjaga kesadaran diri bahwa kita sedang berpuasa.
Dengan lain kita, puasa membangkitkan kesadaran diri bahwa kita sedang
beribadah. Kita sedang menjalankan perintah Allah. Kita sedang menghamba kepada
Allah Yang Maha Welas Asih. Kita sedang taqaarub
kepada Allah SWT. Kita tinggalkan kesenangan-kesenangan karena Alllah. Kesadaran
ini terus kita pertahankan sepanjang subuh sampai maghrib.
Selanjutnya
kesadaran diri tersebut diharapkan akan membimbing kita pada kesadaran
menjalankan kebajikan dan menjalankan perintah-perintah lainnnya. Sebaliknya,
kesadaran tersebut juga akan mendorong
kita untuk menjahui berbagai perilaku yang tidak terpuji atau perilaku yang
menyimpang dari jalan yang lurus.
Karena
itu orang yang berpuasa menjadi istimewa disisi Allah SWT. demikian pula, balasan
puasa juga istimewa. Bahkan saking istimewanya, Allah merahasiakan balasan
ibadah puasa kita. Jika amal baik selain
puasa pahalanya dilipatgandakan 10 sampai 700 kali, maka pahala puasa lebih
dari itu. Berapa? Tidak tahu. Rahasia! “Puasa itu untukku dan Aku yang akan membalasnya,” demikian Allah berfirman dalam hadis Qudsi.
Nabi
SAW mencontohkan bagaimana cara kita menjaga kesadaran berpuasa ini dengan baik.
bagaimana agar kita bisa berpuasa secara lahir dan batin, jasmani-rohani. Nabi
SAW, antara lain berpesan kepada kita yang sedang berpuasa untuk menjahui berbuat
sesatu yang tidak penting. Contoh tidak berkata kotor, tidak meladeni orang
yang misuh-misuh, tidak meladeni orang yang sedang emosional, tidak berbohong,
tidak mengucapkan sumpah palsu, tidak menggunjing, dan lainnya.
Bahkan
ketika ada orang yang mencaci maki kita, misuhi
kita, kita diminta untuk tidak membalas mencaci maki, misuh-misuh. Hindari mencaci maki, hindari misuh-misuh. Katakan : “Inni Shoimun, saya sedang berpuasa.”
Demikian anjuran Nabi SAW ketika ada orang yang memprovokasi sedangkan kita sedang
berpuasa. Berat? Ya, mesti berat. Lha
wong dipisuhi kok hanya diam, Inni shoimun. Penginnya balas misuh.
Tetapi inilah kesadaran puasa. Kita diminta menahan diri. Jangan sampai justru
kita ikut terjebak emosional. Sebab orang yang emosi pasti jauh dari akal sehat
dan kejernihan pikirannya.
Dengan
begitu, kesadaran bahwa kita sedang berpuasa ini bisa menjadi semacam benteng
pertahanan diri dari pengaruh-pengaruh perilaku buruk. Sebaliknya, kesadaran
ini bisa mendorong kita menghiasi diri dengan ibadah-ibadah Ramadhan dan
perilaku terpuji. Misalnya, berperilaku sabar, jujur, mengendalikan
keinginan-keinginan yang tidak patut, menjaga lisan, dan lainnya.
Mari kita perhatikan sabda Nabi SAW
berikut ini:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ،
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " كُلُّ عَمَلِ
ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ، الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ،
قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِلَّا الصَّوْمَ، فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ،
يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي
Artinya,
“Dari Abi Hurairah Ra berkata, Rasulullah Saw
bersabda, Setiap amal anak Adam akan dilipat gandakan. Satu kebajikan dilipat
gandakan 10 sampai 700 kali. Allah Azza waJalla berfirman Kecuali puasa karena
puasa adalah untuk-Ku dan Aku-lah yang membalasnya. Dia meninggalkan kesenangan
(syahwat) dan makananya karena-Ku,”
(HR Muslim).
وقال صلى الله عليه و سلم إنما الصوم جنة فإذا كان أحدكم صائما فلا يرفث ولا
يجهل وإن امرؤ قاتله أو شاتمه فليقل إني صائم إني صائم
Artinya, “Dari
sahabat Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda, Bila salah seorang kalian
berpuasa, janganlah ia berkata keji dan bertindak bodoh. Jika seseorang
memprovokasinya atau memakinya, hendaklah ia menghindar, Aku sedang berpuasa.
Aku sedang berpuasa (HR. Muslim).
*Penulis adalah pengajar di MTs. NU Miftahul Falah
Komentar0