GpY8BSMpTUM6GSC5TUr8TfClTA==

Renungan Ramadhan (4) : Puasa itu Membangkitkan Kesadaran Diri

 

Berpuasa membangkitkan kesadaran untuk berbagi (dok. mwc nu dawe)


Oleh : Mualim*

Puasa itu ibadah istimewa. Durasinya cukup lama dibanding dengan ibadah shalat, misalnya. Jika ibadah shalat pelaksanaannya kurang lebih lima sampai sepuluh menit, maka puasa bisa sampai tiga belas-empat belas jam. Puasa berlangsung  Minal fajri ila ghurubisy syamsi, mulai dari fajar (subuh) sampai terbenamnya matahari. Ketentuan durasi puasa ini tidak bisa ditawar meski hanya setengah menit, misalnya. Subuh tiba ya harus berhenti makan-minum, siap mulai berpuasa. Sebelum maghrib tiba, meski kurang semenit, setengah menit atau sekian detik, ya tidak boleh berbuka.  Melanggar ketentuan ini puasa menjadi tidak sah alias batal.

Dengan demikian puasa tidak bisa dipercepat atau diperlambat. Batasannya jelas. Berbeda dengan shalat misalnya. Shalat durasinya bisa diatur sesuai kondisi. Ada orang yang senang shalat dengan membaca surat-surat pendek sehingga shalatnya cepat selesai. Adapula orang yang senang membaca surat-surat yang panjang ketika shalat sehingga durasi shalatnya cukup lama. Ada juga orang yang shalat dengan super cepat. Bacaannya cepat dan yang dibaca super pendek. Berbeda dengan puasa, dimana  puasa tidak bisa dikondisikan seperti shalat. Puasa, ya harus dari subuh sampai maghrib. Titik!   

Meskipun demikian, puasa memberikan latihan yang istimewa bagi yang menjalankannya. Yakni latihan agar selalu menjaga kesadaran diri bahwa kita sedang berpuasa. Dengan lain kita, puasa membangkitkan kesadaran diri bahwa kita sedang beribadah. Kita sedang menjalankan perintah Allah. Kita sedang menghamba kepada Allah Yang Maha Welas Asih. Kita sedang taqaarub kepada Allah SWT. Kita tinggalkan kesenangan-kesenangan karena Alllah. Kesadaran ini terus kita pertahankan sepanjang subuh sampai maghrib.

Selanjutnya kesadaran diri tersebut diharapkan akan membimbing kita pada kesadaran menjalankan kebajikan dan menjalankan perintah-perintah lainnnya. Sebaliknya, kesadaran tersebut  juga akan mendorong kita untuk menjahui berbagai perilaku yang tidak terpuji atau perilaku yang menyimpang dari jalan yang lurus.

Karena itu orang yang berpuasa menjadi istimewa disisi Allah SWT. demikian pula, balasan puasa juga istimewa. Bahkan saking istimewanya, Allah merahasiakan balasan ibadah puasa kita.  Jika amal baik selain puasa pahalanya dilipatgandakan 10 sampai 700 kali, maka pahala puasa lebih dari itu. Berapa? Tidak tahu. Rahasia!  Puasa itu untukku dan Aku yang akan membalasnya, demikian Allah berfirman dalam hadis Qudsi.

Nabi SAW mencontohkan bagaimana cara kita menjaga kesadaran berpuasa ini dengan baik. bagaimana agar kita bisa berpuasa secara lahir dan batin, jasmani-rohani. Nabi SAW, antara lain berpesan kepada kita yang sedang berpuasa untuk menjahui berbuat sesatu yang tidak penting. Contoh tidak berkata kotor, tidak meladeni orang yang misuh-misuh, tidak meladeni orang yang sedang emosional, tidak berbohong, tidak mengucapkan sumpah palsu, tidak menggunjing, dan lainnya.

Bahkan ketika ada orang yang mencaci maki kita, misuhi kita, kita diminta untuk tidak membalas mencaci maki, misuh-misuh. Hindari mencaci maki, hindari misuh-misuh. Katakan : Inni Shoimun, saya sedang berpuasa. Demikian anjuran Nabi SAW ketika ada orang yang memprovokasi sedangkan kita sedang berpuasa. Berat? Ya, mesti berat. Lha wong dipisuhi kok hanya diam, Inni shoimun. Penginnya  balas misuh. Tetapi inilah kesadaran puasa. Kita diminta menahan diri. Jangan sampai justru kita ikut terjebak emosional. Sebab orang yang emosi pasti jauh dari akal sehat dan kejernihan pikirannya.   

Dengan begitu, kesadaran bahwa kita sedang berpuasa ini bisa menjadi semacam benteng pertahanan diri dari pengaruh-pengaruh perilaku buruk. Sebaliknya, kesadaran ini bisa mendorong kita menghiasi diri dengan ibadah-ibadah Ramadhan dan perilaku terpuji. Misalnya, berperilaku sabar, jujur, mengendalikan keinginan-keinginan yang tidak patut, menjaga lisan, dan lainnya. 

Mari kita perhatikan sabda Nabi SAW berikut ini:

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ، الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ، قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِلَّا الصَّوْمَ، فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي

Artinya, Dari Abi Hurairah Ra berkata, Rasulullah Saw bersabda, Setiap amal anak Adam akan dilipat gandakan. Satu kebajikan dilipat gandakan 10 sampai 700 kali. Allah Azza waJalla berfirman Kecuali puasa karena puasa adalah untuk-Ku dan Aku-lah yang membalasnya. Dia meninggalkan kesenangan (syahwat) dan makananya karena-Ku, (HR Muslim).

وقال صلى الله عليه و سلم إنما الصوم جنة فإذا كان أحدكم صائما فلا يرفث ولا يجهل وإن امرؤ قاتله أو شاتمه فليقل إني صائم إني صائم

Artinya, Dari sahabat Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda, Bila salah seorang kalian berpuasa, janganlah ia berkata keji dan bertindak bodoh. Jika seseorang memprovokasinya atau memakinya, hendaklah ia menghindar, Aku sedang berpuasa. Aku sedang berpuasa (HR. Muslim).  


*Penulis adalah pengajar di MTs. NU Miftahul Falah

Komentar0

Type above and press Enter to search.